Monday 14 December 2015

MENJEMPUT CINTA, Skenario part 1

Skenario bagian pertama : Awal Pertemuan
 
1. INT. BANDARA. LOBI – SIANG
Tulalit... Tulalit... ANTON, 22, menutup ganggang ponselnya. Wajahnya menunjukan kemarahan. Berkali-kali ia menelpon, tapi tidak ada nada sambung. Marahnya ditujukan pada CINTA, 19, gadis yang akan ia jemput.
ANTON
(MARAH) Huuhh, namanya Cinta. Ga pernah liat orangnya, suruh jemput. Mana nomor HPnya mati lagi.

Bagian informasi mengatakan bahwa pesawat jurusan Banjarmasin-Jakarta sudah tiba beberapa menit yang lalu. Suasana lalu lalang di lobi bandara makin membuat Anton geram. Sudah satu jam ia menunggu. Padahal ia sudah ada janji dengan dosen pembimbing skripsinya di kampus. Melihat jam tangan, lalu beranjak keluar bandara.

2. INT. JALAN RAYA. MOBIL – SIANG
ANTON nyetir dengan gelisah, khawatir terlambat sampai kampus. Melihat HP yang tegeletak di jok sebelahnya, lekas ANTON menyambarnya. ANTON menekan nomer telfon.

INTERCUT WITH:

3. INT. RUMAH ANTON. RUANG TENGAH – SIANG
Telfon rumah berdering. MAMA ANTON menuju meja telfon, mengangkat gagang telfon dan bicara..

INTERCUT WITH:

MAMA ANTON
Halo..

ANTON
Ma, ni aku, ANTON.

MAMA ANTON
Iya, sudah kau jemput CINTA?

ANTON
(GERAM) Ga ketemu Ma.

MAMA ANTON
(TERKEJUT) Lho?? Kan sudah mama kasih nomer HPnya..

ANTON
Justru itu Ma, berkali-kali aku hubungi, tapi ga ada nada sambungnya. Mana aku belum tahu Cinta itu kayak apa?

MAMA ANTON
Ya sudah, ga papa. Cinta juga sudah mama kasih alamat rumah kita kok.

ANTON
Sudah dulu ya Ma, aku buru-buru ke kampus.

ANTON melaju kencang dengan mobilnya. Hari ini harus bertemu dosen pembimbing skripsinya. Karena terburu-buru, tak sengaja ia menyerempet motor yang dikendarai seorang pria dan seorang gadis. CINTA, 20, gadis yang seharusnya ia jemput di bandara. Namun ia belum tahu kalau gadis itu CINTA. ANTON menghentikan mobil, lalu keluar dan memasang muka marah.

ANTON
(MARAH) Bapak ga lihat jalan apa? Hati-hati kalo di jalan raya gini...

Lelaki pengendara motor itu hanya diam dan masih sibuk membenarkan motornya yang terjatuh. CINTA yang masih merapikan bajunya terkejut melihat sikap ANTON.

CINTA
(GERAM) Maaf mas, apa ga salah? Mobil mas jalannya kencang. Bapak ini sudah lewat pinggir dan mas yang menabrak kami dari belakang.

ANTON
(GERAM) Apa kamu ga liat, papan rambu itu. (sambil menunjuk ke arah papan rambu yang bertuliskan belok kiri jalan terus). Saya mau belok kiri, dan Anda menutupi jalan saya.

CINTA
(GERAM) Bukan begitu mas. Kami juga mau belok kiri. Seharusnya mas tidak mendahului kami. Bapak tadi juga sudah riting ke kiri kok.

ANTON
(MARAH) Ya, tapi kalau sudah tahu di depan ga ada yang lalu lalang, ya cepet jalannya dong.

CINTA
(GERAM) Mas kan lihat, bapak ini sudah tua.

ANTON
(TERIAK) Aaah, sudahlah.

TUKANG OJEK#1
(MENYELA) Sudah mas, mbak, saya tidak apa-apa kok, motor saya juga tidak rusak.

ANTON
(EMOSI REDA) Owh, iya pak. Maaf kalau begitu.

Tatapan mata Anton nanar melihat CINTA yang juga masih memasang wajah geram di depannya. ANTON masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil ia berteriak pada CINTA.

ANTON
(TERIAK) Dasar bawel.

CINTA
(GERAM) Huuuh..

Cinta mengepalkan tangannya.

CUT TO:

4. EXT. TERAS RUMAH ANTON – SIANG
CINTA turun dari motor, dan membayar ongkos ojeknya. Lalu memasuki teras. Dan memencet tombol pintu rumah. Pintu rumah dibuka oleh seorang ibu, MAMA ANTON, 43. Wanita itu tersenyum, dan yakin bahwa yang datang itu adalah CINTA.

MAMA ANTON
Cinta?

CINTA
Benar bu.

MAMA ANTON
Duh, silakan masuk cah ayu. Duduk dulu ya, saya ambilkan minuman.

CINTA tersenyum. Ia mengamati interior rumah itu.

CINTA
(GUMAM) Rumahnya mewah, besar dan isinya komplit.

MAMA ANTON datang dengan membawa minuman dingin.

MAMA ANTON
Silakan diminum dulu. Kamu pasti capek. Maaf ya, sebenarnya tadi sudah mama suruh jemput si ANTON. Tapi katanya, HP kamu ga bisa dihubungi.

CINTA kaget. Ia buru-buru mengambil HP di sakunya. Dan tersipu, HP nya lupa ia hidupkan selepas turun dari pesawat tadi.

MAMA ANTON
Sudah gapapa. Tadi ANTON juga mau keburu-buru ke kampus. Katanya mau ketemu dosennya. Maklum, sudah semester akhir, jadi harus dikebut biar cepet kelar kuliahnya.

CINTA
(TERSIPU) Saya sudah sampai di sini saja sangat senang sekali kok bu.

MAMA ANTON
Jangan begitu, ayahmu dan PAPA ANTON kan sudah lama berteman. Katanya teman sekolah SD dulu lho.

MAMA ANTON diam sejenak, mengamati paras CINTA. Ia tersenyum dan bahagia. Karena calon menantunya sangat cantik sekali. CINTA mendongak dan bertanya-tanya melihat senyum MAMA ANTON.

CINTA
Maaf bu, ada apa?

MAMA ANTON
(KAGET) Eh ehm,.. Gapapa kok. O iya, ayo mama antar ke kamarmu. Sudah saya siapkan dari kemarin lho.

CINTA tersenyum dan mengikuti MAMA ANTON dari belakang menuju ke kamar di lantai atas.

MAMA ANTON
Ini kamar kamu CINTA. Kalo yang itu, kamar ANTON (sambil menunjuk ruangan samping). Kamu istirahat dulu.

MAMA ANTON mempersilakan masuk CINTA.

MAMA ANTON
(CONTINUE) Hm, ga begitu luas, tapi kayaknya sudah cukup buat kamu kan?

CINTA
(TERSENYUM) Terima kasih bu.

MAMA ANTON
(TERINGAT SESUATU) Oiya, ibu mau ke salon sebentar. Ntar sore ada undangan pernikahan di rumah tetangga. Kamu jangan gugup begitu, anggap saja rumah sendiri. Kalo mau makan, itu di dapur sudah ibu siapkan makanan. Minuman ada di kulkas.

CINTA mengangguk pelan.

MAMA ANTON
(CONTINUE) Sekarang istirahatlah. Ibu pergi dulu ya?!

MAMA ANTON keluar kamar. CINTA sejenak melihat-lihat isi kamar. Bersih dan rapi. Kamar mandi ada di dalam. Cermin dan perlengkapan rias sudah siap pakai. Pintu kamar ia tutup, lalu berbaring di kasur. Dan tidur.

CUT TO:

5. INT. JALAN RAYA. MOBIL – SIANG
Bruk. Tangan ANTON memukul-mukul kemudi mobil. Wajahnya geram. Giginya gemeretak. Mulutnya keluar bunyi desisan. Ia tampak begitu kesal.

ANTON
(GERAM) Gara-gara gadis sialan itu. Meeting dengan dosen jadi diundur gini. Berantakan semua. Hahh..

Mobil melaju kencang menuju rumah. Sesampai di rumah, ANTON turun dan masuk rumah. Dan membanting pintu. Gubrakk..

bersambung ke bagian dua

No comments:

Post a Comment