Monday 14 December 2015

MENJEMPUT CINTA, Skenario part 2

Skenario bagian dua : Pertemuan Keluarga

CUT TO:

5. INT. KAMAR INTAN. RUMAH ANTON – SIANG
CINTA terperanjat dari tidurnya. Suara keras dari pintu bawah membangunkannya. Ia bangkit, membuka pintu dan melongok ke bawah. Dilihatnya sesosok pemuda yang berbaring telungkup di sofa. Sepatu dan tas masih melekat di badannya.

CINTA
(GUMAM) ANTON kah?

CINTA turun tangga dan menuju ke arah ANTON yang masih berbaring di sofa itu. Dengan hati-hati ia dekati ANTON. Ia duduk di sofa pendek tepat di samping ANTON. ANTON masih menelungkupkan badannya. Sementara ANTON tidak tahu kalau ada yang menghampirinya.

CINTA
(CONTINUE) Mas.. mas.. mas ANTON?

ANTON masih telungkup. Tetapi segera ia terkejut dengan suara asing yang barusan ia dengar.

ANTON
(GUMAM) Bukan suara mama...?

Langsung ia menoleh ke arah CINTA. Bukan main terkejutnya ANTON atas apa yang ia lihat. Pun begitu CINTA. Ia terperangah dengan wajah pemuda itu.

ANTON
(CONTINUE) (TERIAK) Hey!! (KERAS) Apa yang kau lakukan di sini?

ANTON bangkit dari sofa, lalu duduk di atasnya. CINTA masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Orang yang bertengkar dengannya di jalan raya tadi sekarang ada di hadapannya lagi. Ia terbengong.

ANTON
(CONTINUE) (TERIAK) Hey!! (KERAS) Aku bicara padamu.

CINTA
(KAGET) Eh,.. eh iya. Memang saya disuruh ke sini kok.

CINTA tersenyum simpul.

ANTON
(TERIAK) Siapa yang menyuruhmu?

ANTON melepaskan tas dan sepatunya. CINTA melirik ke arah ANTON.

CINTA
Ibu yang menyuruh.

ANTON mengangguk-anggukkan kepala. Dia tersenyum.

ANTON
Kamu disuruh mama untuk jadi pembantu di sini kan?

Belum sempat CINTA menjelaskan. ANTON langsung menyuruhnya untuk membuatkan jus melon kesukaannya.

ANTON
(CONTINUE) Buatkan aku jus melon.

CINTA terbengong.

ANTON
(CONTINUE) (TERIAK) Sekaraaaang..!

CINTA
(KAGET) (GUMAM) Huuuuhf..

CINTA melangkah menuju dapur, dan membuatkan jus melon. Mukanya mudah sekali dibaca kalau ia sebenarnya sangat jengkel.

CINTA
(GUMAM) Pembantu?? Huuuhf...

CUT TO :
6. INT. RUMAH ANTON. RUANG TENGAH – SIANG.
MAMA ANTON pulang dari salon langsung masuk pintu depan yang masih terbuka.

MAMA ANTON
Kamu sudah pulang?

ANTON
Iya,..

Saat MAMA ANTON menuju kamar, ia berpapasan dengan CINTA yang sedang membawa minuman.

MAMA ANTON
Sudah makan kamu Cin?

CINTA
(SENYUM) Belum bu.

MAMA ANTON
Itu jus buat siapa?

CINTA
Buat mas itu. (sambil menunjuk ke arah ANTON yang masih di sofa).
MAMA ANTON
Owh, itu mas ANTON. Tadi belum kenalan?

CINTA
(SENYUM) Hmm,.. belum.

MAMA ANTON
(GUMAM) Belum kenalan sudah main suruh aja tuh anak. Maaf ya Cin, dia memang begitu. Sini ibu bawakan jusnya.

MAMA ANTON dan CINTA menghampiri ANTON. Lalu menyodorkan menuman jus itu pada ANTON.

ANTON
(KAGET) Lho kok mama yang buatkan? Bukannya,... dia? (sambil melirik tajam ke arah CINTA)

MAMA ANTON
(GERAM) Kamu belum kenal sudah main suruh aja. Kamu tahu siapa dia?

ANTON
(BERBISIK) Pembantu kan ma?

MAMA ANTON menjewer telinga ANTON. CINTA terkejut melihat kejadian itu.

CINTA
(MELERAI) Sudah bu. Mas ga salah kok. Tadi memang saya mau buatkan jus buat mas. Karena aku lihat mas kecapekan.

Lirikan CINTA mengalahkan kenakalan ANTON. ANTON tersenyum kecut.

CUT TO :
7. INT. RUMAH ANTON. RUANG TENGAH – SIANG
PAPA ANTON pulang dari kantor. Ia melihat ada ANTON, Istrinya dan CINTA di sofa. Ia tersenyum dan merasa yakin kalau gadis itu adalah CINTA. Wajah terakhir yang ia pamiti saat di pemakaman ayah CINTA.

PAPA ANTON
Saya pulang.

Semua menoleh ke arah PAPA ANTON.

PAPA ANTON
Syukurlah, semua sudah berkumpul. Papa sangat senang.

PAPA ANTON sejenak melihat CINTA yang masih berdiri di samping sofa. Ia tersenyum. Tampak senang melihat paras kecantikan CINTA. Lalu mendekati CINTA.

PAPA ANTON
(CONTINUE) Kamu pasti CINTA?

ANTON terkaget dengan ucapan Papanya tadi. Mulutnya membentuk huruf O.

ANTON
(KAGET) (GUMAM) CINTA?!

CINTA
(SENYUM) Benar pak. Maaf merepotkan.

PAPA ANTON
(SENYUM LEBAR) Ah, bapak tak merasa direpotkan sedikitpun. Bagaimana perjalananmu?

CINTA
Syukurlah, lancar pak.

ANTON memperhatikan obrolan papanya dengan CINTA, lalu menyela.

ANTON
Ia tadi datang sendiri pa.

PAPA ANTON
(KAGET) Lho bukannya kamu yang jemput?

ANTON melirik CINTA sejenak.

ANTON
Sudah aku jemput pa. Gara-gara HPnya ga bisa aku hubungi, mana ga tau wujudnya dia kayak apa lagi.

Kembali ANTON melirik jengkel ke arah CINTA. CINTA tidak menanggapinya.

ANTON
(CONTINUE) Yang penting tuan puteri sudah sampe sini kan pa?

ANTON minum jus, ambil tas dan sepatu, lalu nyelonong ke tangga. Masuk kamar.

MAMA ANTON
(MENDESAH) Hm,.. CINTA, jangan terlalu diambil hati ya. ANTON memang begitu.

PAPA ANTON
Kamu sudah makan? Kalo belum, ayo makan sama-sama.

CINTA tersenyum dan mengangguk. Ia sangat senang diperhatikan sebaik ini.

CUT TO :

8. INT. RUMAH ANTON. DAPUR – PAGI
CINTA dan MAMA ANTON sibuk menyiapkan sarapan. Meja makan terletak persis di tengah ruangan antara Televisi dan alat dapur. Keluarga ini biasa menonton berita pagi sambil sarapan.

PAPA ANTON
Sarapan apa pagi ini? Humm, harum sekali baunya.

MAMA ANTON
Ini yang masak CINTA lho pa.

PAPA ANTON
(KAGET) Owh, iya. Pasti enak.

PAPA ANTON melirik bangga pada CINTA. CINTA hanya tersenyum. Senang dalam hatinya bisa ikut membantu.

ANTON
Pagi semua. Sarapannya apa nih ma?

ANTON membaui makanan yang ada di meja makan itu. Matanya terpejam, hidungnya mengembang.

ANTON
(CONTINUE) Dari baunya pasti uenak nih.

MAMA ANTON
Jaga sikapmu tow.. Biar papa dulu yang ambil.

PAPA ANTON
Hm,.. Masakan anak Banjar pasti lezat.

PAPA ANTON mengambil makanan, sementara ANTON mengerutkan dahinya. Ia melirik CINTA. CINTA tahu kalo ANTON meliriknya, tapi ia cuekin.

ANTON
(TERIAK) Yah, ma. Aku dibungkusin aja ya, aku keburu-buru ni.

Lagi mata ANTON melirik jengkel ke arah CINTA. Kali ini CINTA terkejut.

ANTON
(CONTINUE) Udah jam 7 nih. Aku juga harus jemput EVA.

PAPA ANTON
Kamu makan dulu kenapa? Lagian, ini kan buatannya CINTA. Enak lho.

ANTON
Nanti juga aku makan kok pa.

ANTON berlagak keburu-buru menghampiri mamanya. Mengambil bungkus makanannya. Cium pipi mamanya. Lalu, pergi.

ANTON
(CONTINUE) Aku berangkat dulu pa-ma.

Dahi CINTA berkerut. Mulut mungilnya tampak tambah mungil. Melihat itu PAPA ANTON hanya tersenyum.

PAPA ANTON
Ayo makan. Enak banget lho. Huemm..

bersambung ke bagian tiga

No comments:

Post a Comment